-->
Logo Blog

INFO GURU MILINEA

Pengertian Ciri dan Ruang Lingkup Asesmen

 Pengertian Ciri dan Ruang Lingkup Asesmen

Bagaimana Pengertian Ciri dan Ruang Lingkup Asesmen. Lebih lanjut untuk memahami Asesmen, Tujuan Asesmen, Prinsip Asesmen Prosedur asesmen, pengembangan instrumen asesmen dan Ruang Lingkup Asesmen silahkan baca penjelasan berikut ini.

1)    Pengertian Asesmen
Asesmen merupakan proses sistematis yang komprehensif, berupa pengumpulan informasi (data/fakta/evidence) untuk mengetahui kebutuhan, kendala-kendala yang dialami, serta kelemahan dan kekuatan peserta didik. Data tersebut digunakan untuk menyusun suatu program layanan bimbingan dan konseling yang dibutuhkan peserta didik bersifat realistis dan obyektif.
2)    Tujuan Asesmen
Tujuan guru bimbingan dan konseling atau konselor melakukan asesmen  untuk mengumpulkan informasi mengenai konseli. Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan dan konseling mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a)    Orientasi masalah, yaitu untuk membuat peserta didik mengenali dan menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah
b)    Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi peserta didik maupun konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi konselee secara mendetil
c)    Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh peserta didik
d)    Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif tersebut
e)    Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah peserta didik atau belum.

3)    Prinsip Asesmen
Prinsip-prinsip asesmen dalam bimbingan dan konseling dikemukakan sebagai berikut (Tim Penyusun Modul PPPPTK, 2013).
a)    Sesuai dengan norma masyarakat atau filosofi hidup
b)    Keterpaduan
c)     Realistis
d)    Keterlibatan peserta didik
e)    Pedagogis
f)      Akuntabilitas
g)    Teknik asesmen yang bervariasi dan komprehensip
h)    Tindak Lanjut
4)    Prosedur Asesmen
Empat langkah dalam asesmen, yakni:
a)    Identifikasi masalah; merupakan langkah pertama dalam melakukan asesmen, mengidentifikasi masalah yang ada pada diri individu yang akan diukur.
b)    Memilih dan mengimplementasikan metode asesmen; dalam hal ini adalah langkah memilih dan mengimplementasikan metode pengumpulan data sesuai kebutuhan (contoh: interview, tes, observasi).
c)     Mengevaluasi informasi asesmen; dalam hal ini interpretasi, dan integrasi informasi dari keseluruhan metode asesmen dan sumber-sumber untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
d)    Laporan hasil asesmen dan pembuatan rekomendasi; langkah terakhir dari proses asesmen adalah melaporkan hasil dan pembuatan rekomendasi. Langkah ini meliputi: (1) gambaran individu yang dinilai dan situasinya, (2) pelaporan hipotesis secara umum mengenai individu, (3) dukungan hipotesis dengan informasi asesmen, dan (4) pengajuan rekomendasi dalam hubungannya dengan alasan yang rasional (Kaufman, 2002).
5)    Pengembangan Instrumen
Menurut Djaali dan Muljono (2007), langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah:
a)    Identifikasi tujuan utama penggunaan instrumen; tujuan utama pengembangan instrumen, antara lain untuk diagnostik, penempatan, dan identifikasi.
b)    Identifikasi tingkah laku yang mewakili konstruk tertentu; untuk pengembangan instrumen, perlu ditentukan konsep sampel tingkah laku yang “valid” dapat mewakili konstruk teori yang akan diukur.
c)    Mengembangkan dimensi dan indikator variabel yang sesungguhnya secara eksplisit telah tertuang pada rumusan konstruk variabel.
d)    Mempersiapkan kisi-kisi instrumen dan proporsi butir yang menjadi fokus.
e)    Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari satu kutub ke kutub lain yang berlawanan. Sebagai contoh, tidak setuju ke setuju, negatif ke positif, tidak pernah ke selalu, dan sebagainya.
f)      Mengkonstruksi sejumlah draf butir; butir instrumen yang dibuat diusahakan sebanyak-banyaknya karena pada tahap selanjutnya, butir-butir tersebut akan diseleksi, mana yang paling baik.
g)    Mereview butir dengan memperhatikan: akurasi, kesesuaian dan relevansi spesifikasi instrumen, kekurangan konstruksi butir yang bersifat teknis, tata bahasa, bias, dan keterbacaan.
h)    Melakukan uji coba awal; uji coba dilakukan untuk mengetahui keterbacaan instrumen.
i)      Melakukan uji coba kepada sampel yang lebih besar; setelah melakukan uji coba awal, instrumen dapat diuji coba kembali kepada responden yang lebih besar dan lebih bervariasi sesuai keluasan tujuan pengembangan instrumen.
j)      Menentukan analisis statistik yang sesuai dan mengeliminasi butir yang tidak sesuai dengan kriteria.
k)     Mendesain dan melakukan perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen.
l)      Mengembangkan panduan atau pedoman untuk pengadministrasi-an, pemberian  skor, dan interpretasi. Perangkat akhir tersebut meliputi bagian-bagian pokok, yakni; (1) petunjuk pengerjaan, (2) perangkat butir soal yang berupa daftar pertanyaan atau pernyatan, dan (3) cara penafsiran. (Crocker dan Algina dalam Djaali dan Muljono:2007).
6)    Ruang lingkup Asesmen
Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam asesmen (assesment need areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu:
a)    Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai status dari suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it) dengan apa yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling; serta tujuan yang sudah dituliskan/ditetapkan atau outcome yang diharapkan dalam konseling.
b)    Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–bagian program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara guru bimbingan konseling atau konselor dengan peserta didik; untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama. Di sinilah muncul fungsi evaluator dalam asesmen, yang memberikan informasi-informasi nyata yang potensial. Hal inilah yang kemudian membuat asesmen menjadi efektif, yang dapat membuat peserta didik mampu membedakan latihan yang dilakukan pada saat konseling dan penerapannya di kehidupan nyata dimana peserta didik harus membuat suatu keputusan, atau memilih alternatif-altenatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahnya.
c)     Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata sehingga program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
d)    Program Improvement, asesmen dapat digunakan dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (1) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata, (2) tujuan yang akan dicapai dalam program, (3) program-progam yang berhasil, dan (4) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang lain.
e)    Program certification, menurut Center for the Study of Evaluation (CSE), sertifikasi program adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi. Dalam hal ini evaluator berfungsi pemberi informasi mengenai hasil evaluasi yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan. (Hood, 1993).